/var/www/dpr_slims_baru/lib/SearchEngine/SearchBiblioEngine.php:687 "Search Engine Debug 🔎 🪲"
Engine Type ⚙️: "SLiMS\SearchEngine\SearchBiblioEngine"
SQL ⚙️: array:2 [ "count" => "select count(sb.biblio_id) from search_biblio as sb where sb.opac_hide=0 and ((match (sb.topic) against (:subject in boolean mode)))" "query" => "select sb.biblio_id, sb.title, sb.author, sb.topic, sb.image, sb.isbn_issn, sb.publisher, sb.publish_place, sb.publish_year, sb.labels, sb.input_date, sb.edition, sb.collation, sb.series_title, sb.call_number from search_biblio as sb where sb.opac_hide=0 and ((match (sb.topic) against (:subject in boolean mode))) order by sb.last_update desc limit 20 offset 0" ]
Bind Value ⚒️: array:1 [ ":subject" => "'+\"perempuan Indonesia\"'" ]
Ada dua situasi yang melatari lahirnya program Visibilitas Perempuan Pejuang Tanah Air. Ini dimulai dari sebuah pertanyaan. Mengapa begitu sulit program-program masyarakat sipil, khususnya dalam isu tata kelola lahan menjangkau perempuan di situs-situs krisis sosial ekologis?
Pandangan gender mendapat tempat istimewa di masyarakat luas tempat dikotomi laki-laki-perempuan dipahami secara umum dan acapkali dijustifikasi. Demikian pula hal ini pada kelanjutannya lahir di bidang kritik sastra, yang belakangan dikenal luas dengan sebutan kritik sastra feminis (KSF). Oposisi laki-laki-perempuan sangat kuat karena posisinya dalam ideologi gender.Oposisi ini muncul sebagai …